SANTRIDIGITAL.ID – Al-Qur’an menyebutkan macam-macam hubungan manusia dengan Allah Swt yang menciptakannya, memberinya rezeki dan mengatur segala urusannya.
Dalam kajian ini kita akan menyebutkan tiga bentuk hubungan antara seorang hamba dengan Allah Swt :
1. Hubungan yang berdiri dengan dasar penentangan kepada Allah dan melampaui batas-batas sebagai seorang hamba.
Al-Qur’an menyebut hubungan ini adalah hubungan yang melampaui batas.
Allah swt berfirman :
كَلَّآ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَيَطۡغَىٰٓ – أَن رَّءَاهُ ٱسۡتَغۡنَىٰٓ
“Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup.” (QS.Al-‘Alaq:6-7)
2. Hubungan yang dibangun dengan dasar perasaan berjasa karena telah memeluk Islam.
Allah Swt berfirman :
يَمُنُّونَ عَلَيۡكَ أَنۡ أَسۡلَمُواْۖ قُل لَّا تَمُنُّواْ عَلَيَّ إِسۡلَٰمَكُمۖ بَلِ ٱللَّهُ يَمُنُّ عَلَيۡكُمۡ أَنۡ هَدَىٰكُمۡ لِلۡإِيمَٰنِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ
“Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, “Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar.” (QS.Al-Hujurat:17)
3. Hubungan yang dibangun dengan dasar penghambaan, rasa cinta, rasa takut dan harap kepada Allah Swt.
Kecintaan itu melahirkan ketaatan dan kekhusyu’an dihadapan Allah Swt. Dan ini adalah hubungan yang sehat antara seorang hamba dengan Tuhannya, yang akan mengantarkan seseoeang menuju kebahagiaan dunia dan akhiratnya.
Hubungan inilah yang akan menjaga seorang hamba dari perasaan ujub, congkak dan sombong sehingga akan menyelamatkannya dari siksa Allah Swt.
Dan Al-Qur’an telah menyebutkan banyak sekali ayat tentang hubungan yang satu ini. Yaitu disaat menceritakan para Nabi ataupun disaat memberikan sifat bagi orang-orang mukmin yang sejati.
Seperti dalam Firman-Nya ketika menceritakan para Nabi :
إِنَّهُمۡ كَانُواْ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ وَيَدۡعُونَنَا رَغَبٗا وَرَهَبٗاۖ وَكَانُواْ لَنَا خَٰشِعِينَ
“Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS.Al-Anbiya’:90)
Dan Firman-Nya ketika menyifati kaum mukminin. :
إِنَّ ٱلَّذِينَ هُم مِّنۡ خَشۡيَةِ رَبِّهِم مُّشۡفِقُونَ – وَٱلَّذِينَ هُم بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِمۡ يُؤۡمِنُونَ – وَٱلَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمۡ لَا يُشۡرِكُونَ – وَٱلَّذِينَ يُؤۡتُونَ مَآ ءَاتَواْ وَّقُلُوبُهُمۡ وَجِلَةٌ أَنَّهُمۡ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ رَٰجِعُونَ – أُوْلَٰئِكَ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ وَهُمۡ لَهَا سَٰبِقُونَ
“Sungguh, orang-orang yang karena takut (azab) Tuhannya, mereka sangat berhati-hati, dan mereka yang beriman dengan tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya, dan mereka yang tidak mempersekutukan Tuhannya, dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya, mereka itu bersegera dalam kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya.” (QS.Al-Mu’minun:57)
Itulah beberapa hubungan antara seorang hamba dengan Allah Swt yang disebutkan didalam Al-Qur’an.