SANTRIDIGITAL.ID, Tanda 40 Hari Sebelum Meninggal Menurut Islam 211; Kematian adalah sesuatu yang pasti dan tidak dapat dihindari oleh setiap makhluk hidup. Dalam Islam, kematian bukanlah akhir, melainkan awal perjalanan menuju kehidupan akhirat.
Oleh karena itu, umat Islam diajarkan untuk selalu mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan amal baik dan ketaatan kepada Allah SWT.
Salah satu topik yang sering diperbincangkan adalah tanda-tanda menjelang kematian, termasuk kepercayaan bahwa seseorang dapat merasakan tanda-tanda 40 hari sebelum ajal menjemput.
Namun, bagaimana pandangan Islam mengenai hal ini? Apakah tanda 40 hari sebelum meninggal memiliki dasar dalam Al-Qur’an dan hadis? Artikel ini akan mengupas tuntas topik ini.
Keyakinan Tentang Tanda 40 Hari Sebelum Meninggal
Di masyarakat, ada keyakinan bahwa seseorang akan mendapatkan tanda tertentu, baik secara fisik maupun spiritual, sekitar 40 hari sebelum meninggal dunia. Tanda-tanda ini sering dikaitkan dengan perasaan tenang, perubahan pola tidur, hingga firasat tertentu.
Namun, penting untuk memahami bahwa kepercayaan ini banyak berasal dari tradisi lokal atau mitos, bukan dari ajaran Islam yang sahih. Dalam Islam, tidak ada dalil atau hadis yang secara eksplisit menyebutkan adanya tanda-tanda 40 hari sebelum kematian.
Pandangan Islam Tentang Kematian dan Tanda-Tandanya
1. Kematian adalah Rahasia Allah SWT
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” (QS. Luqman: 3 25719" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true"> 4)
Ayat ini menegaskan bahwa kematian adalah rahasia Allah. Tidak ada yang bisa mengetahui kapan dan di mana seseorang akan meninggal, kecuali Allah SWT.
2. Tanda-Tanda Menjelang Kematian dalam Hadis
Meskipun tidak ada dalil tentang tanda 40 hari sebelum meninggal, Islam menjelaskan tanda-tanda umum saat seseorang mendekati ajal, seperti:
Sakaratul Maut:
Rasulullah ﷺ menggambarkan proses sakaratul maut sebagai kondisi yang sangat berat dan menyakitkan. Dalam sebuah hadis, Aisyah RA berkata:
“Aku melihat Rasulullah ﷺ saat wafat, ada mangkuk berisi air di dekatnya. Beliau mencelupkan tangan ke dalam air, lalu mengusap wajah sambil berkata, ‘La ilaha illallah, sesungguhnya kematian itu penuh dengan sakarat.’” (HR. Bukhari)
Perubahan Fisik:
Beberapa ulama menyebutkan bahwa menjelang kematian, seseorang mungkin mengalami kelemahan tubuh, sulit berbicara, atau perubahan lainnya. Namun, tanda-tanda ini tidak memiliki waktu tertentu, seperti 40 hari sebelum wafat.
Bagaimana Sebaiknya Menyikapi Kematian?
Daripada mencari tahu tentang tanda-tanda sebelum meninggal, Islam lebih menekankan pada persiapan spiritual untuk menghadapi kematian. Berikut beberapa langkah yang dianjurkan:
1. Memperbanyak Taubat
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Bertobatlah kalian kepada Allah dan mohonlah ampunan kepada-Nya, karena aku bertobat kepada Allah dalam sehari seratus kali.” (HR. Muslim)
2. Menjaga Amal Shalih
Amal ibadah seperti sholat, sedekah, dan membaca Al-Qur’an akan menjadi bekal utama di akhirat. Jangan menunda amal baik, karena kita tidak pernah tahu kapan ajal menjemput.
3. Meninggalkan Perkara Maksiat
Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS. Ali Imran: 102)
4. Mengingat Kematian Secara Positif
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian.” (HR. Tirmidzi)
Kesimpulan
Kepercayaan tentang 40 hari sebelum meninggal tidak memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam. Kematian tetap menjadi rahasia Allah SWT, dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahuinya dengan pasti.
Sebagai Muslim, yang terpenting adalah selalu mempersiapkan diri dengan memperbanyak amal shalih, taubat, dan menjauhi maksiat.
Dengan begitu, kita dapat menghadapi kematian dengan hati yang tenang dan penuh keyakinan bahwa Allah SWT akan memberikan tempat terbaik di akhirat.
Wallahu a’lam bishawab.