SANTRIDIGITAL.ID, Rebo Wekasan Adalah  211; Rebo Wekasan atau sering disebut juga dengan istilah “Rabu Wekasan” adalah tradisi yang dilakukan oleh sebagian umat Islam di Indonesia pada hari Rabu terakhir bulan Safar dalam kalender Hijriyah.

Banyak yang percaya bahwa hari ini dianggap sebagai waktu yang penuh dengan malapetaka atau kesialan, sehingga diperlukan amalan-amalan tertentu untuk menangkalnya. Namun, bagaimana sebenarnya pandangan Islam mengenai Rebo Wekasan ini?

Pengertian Rebo Wekasan

Rebo Wekasan berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu “Rebo” yang berarti Rabu, dan “Wekasan” yang berarti terakhir. Jadi, Rebo Wekasan merujuk pada Rabu terakhir di bulan Safar.

Dalam tradisi masyarakat tertentu, hari ini diyakini sebagai waktu di mana turun berbagai macam musibah atau bala. Untuk menghindari kesialan tersebut, mereka melakukan berbagai ritual seperti shalat, doa khusus, atau mandi safar.

Asal Usul Tradisi Rebo Wekasan

Tradisi Rebo Wekasan diyakini sudah ada sejak lama dan berkembang di beberapa daerah di Indonesia, seperti Jawa, Madura, dan beberapa wilayah lainnya. Ada yang mengatakan bahwa tradisi ini berasal dari kepercayaan lokal yang dipadukan dengan keyakinan Islam.

Konon, pada zaman dahulu, masyarakat mempercayai bahwa Allah SWT menurunkan 3 25719" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true"> 20.000 bala (malapetaka) pada hari Rabu terakhir bulan Safar, sehingga mereka merasa perlu melakukan ritual tertentu untuk menghindari musibah tersebut.

Pandangan Islam Terhadap Rebo Wekasan

Rebo Wekasan Adalah Pengertian, Asal Usul, dan Pandangan Islam

Menurut ajaran Islam, keyakinan tentang adanya hari sial atau hari tertentu yang mendatangkan kesialan tidak memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur’an atau Hadis. Rasulullah SAW sendiri menentang kepercayaan takhayul seperti itu.

Dalam sebuah hadis, beliau bersabda: “Tidak ada penularan penyakit, tidak ada kesialan (tathayyur), tidak ada burung hantu, dan tidak ada bulan Safar.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa tidak ada kesialan yang terkait dengan waktu tertentu, termasuk bulan Safar atau hari Rabu terakhir di bulan Safar.

Mayoritas ulama juga sepakat bahwa tidak ada tuntunan khusus dalam syariat Islam untuk melakukan amalan tertentu pada hari Rebo Wekasan. Amalan yang dilakukan seharusnya berdasarkan pada ajaran yang benar, bukan pada mitos atau keyakinan yang tidak memiliki landasan syar’i.

Bagaimana Menyikapi Tradisi Rebo Wekasan

Islam menganjurkan umatnya untuk senantiasa bertawakal kepada Allah SWT dan berpegang teguh pada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah.

Menganggap suatu hari atau waktu tertentu membawa kesialan bisa termasuk dalam bentuk syirik kecil karena menempatkan kepercayaan pada sesuatu selain Allah.

Oleh karena itu, umat Islam sebaiknya menghindari keyakinan yang tidak berdasar dan fokus pada amalan yang diperintahkan, seperti shalat, membaca Al-Qur’an, dan memperbanyak doa serta amal shalih.

Kesimpulan

Rebo Wekasan adalah tradisi yang berkembang di masyarakat tertentu dan tidak memiliki dasar yang kuat dalam Islam.

Islam mengajarkan bahwa tidak ada hari atau waktu yang membawa kesialan, dan semua hari adalah baik selama diisi dengan amal shalih.

Penting bagi umat Islam untuk selalu merujuk kepada sumber-sumber ajaran yang sahih dan menghindari praktik-praktik yang tidak memiliki dasar dalam agama.

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan