SANTRIDIGITAL.ID, Penafsiran Surah Ali-Imran: 159 Mengenai Syura – Kata “syura” berasal dari bahasa Arab yang berarti mengambil madu, menunjukkan jalan yang benar, menghiasi, menasehati, memberitahu, dan memberi isyarat.

Menurut Dawam Rahardjo dalam Ensiklopedia Al-Qur’an, syura adalah wadah dimana setiap orang memiliki kemampuan untuk ikut bermusyawarah, bertukar pikiran, dan membentuk pendapat mengenai kepentingan dan nasib anggota masyarakat yang bersangkutan.

Pentingnya Musyawarah dalam Kehidupan

Musyawarah adalah hal mendasar dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa musyawarah, tidak mungkin seseorang bisa hidup harmonis dalam masyarakat. Al-Qur’an menyebutkan pentingnya musyawarah dalam Surah Ali-Imran ayat 159:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

Ayat ini menjelaskan bahwa berkat rahmat Allah, Nabi Muhammad bersikap lemah lembut terhadap umatnya. Seandainya beliau bersikap keras, mereka pasti akan menjauh.

Oleh karena itu, beliau diperintahkan untuk memaafkan mereka, memohonkan ampunan untuk mereka, dan bermusyawarah dalam segala urusan penting.

Setelah mencapai keputusan, bertawakallah kepada Allah, karena Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.

Implementasi Musyawarah oleh Nabi Muhammad

Penafsiran Surah Ali-Imran 159 Mengenai Syura

Menurut tafsir Al-Azhar, sebelum turunnya perintah untuk bermusyawarah, Nabi Muhammad SAW telah sering melakukannya sebagai kebijaksanaan dalam menghadapi persoalan bersama. Contohnya, sebelum perang Badar, Nabi SAW mengajak kaum Muhajirin dan Anshar untuk bermusyawarah.

Setelah mencapai kesepakatan, barulah perang dilanjutkan. Saat tiba di medan perang, musyawarah kembali dilakukan. Sahabat-sahabat Nabi paham bahwa dalam urusan keagamaan mereka harus patuh secara mutlak. Namun, dalam hal taktik perang, mereka meminta pendapat Nabi SAW.

Al-Habbab bin Al-Mundzir bertanya mengenai strategi perang, dan Nabi SAW menerima usulnya untuk berpindah ke tempat yang lebih strategis.

Pesan dalam Tafsir al-Misbah

Tafsir al-Misbah menekankan pentingnya musyawarah meskipun hasilnya mungkin tidak selalu sesuai harapan. Kesalahan yang dilakukan setelah musyawarah tidak sebesar kesalahan yang dilakukan tanpa musyawarah.

Ayat ini memberikan pesan bahwa musyawarah harus dilakukan, dan keputusan yang diambil harus disertai dengan tawakal kepada Allah.

Sifat dan Sikap dalam Musyawarah

Ayat ini menyebutkan tiga sifat yang harus dimiliki sebelum bermusyawarah:

1. Berlaku lemah lembut: Hindari tutur kata keras dan sikap keras kepala.

2. Memberi maaf: Siap meminta maaf dan memaafkan perbedaan pendapat.

3. Berserah diri kepada Allah: Setelah keputusan diambil, bertawakallah kepada Allah.

Ketiga hal ini penting dalam bermusyawarah dan dapat menjadi pedoman kehidupan. Kita juga harus mengikuti contoh Rasulullah yang menerima pendapat berbeda dari orang lain.

Penafsiran Surah Ali-Imran: 159 Mengenai Syura Dengan demikian, syura atau musyawarah tidak hanya merupakan konsep dalam Al-Qur’an, tetapi juga praktik yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai keputusan terbaik dan keberkahan dari Allah SWT.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan