SANTRIDIGITAL.ID, Hakikat Manusia Menurut Islam 211; Islam sebagai agama yang sempurna telah menjelaskan hakikat manusia dengan sangat rinci. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan tujuan mulia dan peran yang penting dalam kehidupan ini.
Pemahaman tentang hakikat manusia sangat penting bagi seorang Muslim untuk mengetahui posisinya di hadapan Allah dan bagaimana ia harus menjalankan kehidupan ini sesuai dengan petunjuk-Nya.
Manusia Diciptakan Sebagai Hamba Allah
Salah satu hakikat manusia menurut Islam adalah bahwa manusia diciptakan sebagai hamba Allah SWT. Sebagai makhluk yang diberi akal dan hati, manusia memiliki kewajiban utama untuk menyembah dan beribadah kepada Allah. Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an:
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56 )
Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Oleh karena itu, setiap aspek kehidupan seorang Muslim, baik dalam pekerjaan, interaksi sosial, maupun aktivitas lainnya, harus selalu berorientasi pada pengabdian kepada Allah.
Manusia Sebagai Khalifah di Bumi
67" src="https://santridigital.id/wp-content/uploads/2024/10/Hakikat-Manusia-Menurut-Islam.png" alt="Hakikat Manusia Menurut Islam" width="1280" height="720" />
Selain sebagai hamba, manusia juga memiliki peran penting sebagai khalifah atau pemimpin di bumi. Allah SWT telah memberikan tanggung jawab kepada manusia untuk memakmurkan bumi, menjaga keseimbangan alam, dan menegakkan kebenaran. Hal ini dinyatakan dalam firman Allah:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’” (QS. Al-Baqarah: 30)
Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas untuk menjalankan kehidupan dengan tanggung jawab yang tinggi, menjaga keadilan, dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Ini menunjukkan bahwa manusia diberi kepercayaan oleh Allah untuk mengelola kehidupan di dunia dengan baik.
Manusia Memiliki Fitrah yang Suci
Islam mengajarkan bahwa setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah, yaitu keadaan suci dan cenderung kepada kebaikan. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari)
Fitrah manusia adalah kecenderungan untuk mengenal dan menyembah Allah serta mengikuti jalan kebenaran. Namun, dalam perjalanan hidup, manusia sering kali tergoda oleh hawa nafsu dan pengaruh buruk yang dapat menjauhkannya dari fitrah tersebut.
Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk selalu menjaga dan memelihara fitrah ini dengan menjalankan ajaran Islam.
Manusia Diberi Akal dan Hati
Hakikat manusia dalam Islam juga melibatkan akal dan hati sebagai anugerah terbesar yang diberikan oleh Allah. Akal adalah alat untuk berpikir, merenung, dan memahami perintah-perintah Allah, sementara hati adalah pusat spiritualitas dan perasaan.
Dengan akal, manusia dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, dan dengan hati, manusia dapat merasakan kedekatan dengan Allah.
Dalam Al-Qur’an, Allah sering mengajak manusia untuk menggunakan akalnya untuk memikirkan tanda-tanda kebesaran-Nya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.” (QS. Ali ‘Imran: 190)
Islam sangat menekankan pentingnya menggunakan akal untuk berpikir dan merenungi ciptaan Allah sebagai sarana untuk memperkuat keimanan.
Manusia Cenderung Lupa dan Berbuat Salah
Meskipun manusia diciptakan dalam keadaan fitrah, Islam mengakui bahwa manusia juga memiliki kelemahan, yaitu sifat lupa dan berbuat salah. Nama “manusia” sendiri dalam bahasa Arab, insan, berasal dari kata nasiya yang berarti “lupa”. Manusia sering kali tergoda oleh hawa nafsu dan syaitan, sehingga terjerumus dalam dosa dan kesalahan.
Namun, Islam juga mengajarkan bahwa Allah SWT Maha Pengampun dan selalu membuka pintu taubat bagi hamba-Nya yang ingin memperbaiki diri. Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap anak Adam itu banyak berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi)
Kesadaran bahwa manusia adalah makhluk yang rentan terhadap dosa harus diiringi dengan semangat untuk selalu memperbaiki diri dan memohon ampun kepada Allah.
Manusia Diuji di Dunia
Dalam Islam, kehidupan dunia adalah tempat ujian bagi manusia. Allah menciptakan manusia dengan berbagai kemampuan dan kelebihan, tetapi juga memberikan ujian untuk mengukur keimanan dan ketakwaan seseorang. Ujian ini bisa berupa kesenangan, kesulitan, harta, kesehatan, dan banyak hal lainnya. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Dan sungguh, akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Melalui ujian inilah Allah menguji keimanan manusia. Setiap ujian yang dihadapi oleh manusia bertujuan untuk menjadikannya lebih kuat secara spiritual dan lebih dekat kepada Allah.
Kesimpulan
Hakikat manusia menurut Islam mencakup berbagai aspek yang melibatkan tugas dan tanggung jawab sebagai hamba Allah serta khalifah di bumi. Manusia memiliki fitrah yang suci, diberi akal dan hati untuk berpikir dan merasakan, namun juga cenderung berbuat salah dan lupa.
Kehidupan dunia merupakan ujian bagi manusia, dan mereka diwajibkan untuk menjalani hidup sesuai dengan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Sebagai Muslim, penting untuk selalu menjaga fitrah, memperkuat keimanan, dan menjadikan hidup ini sebagai sarana untuk meraih ridha Allah SWT. Hakikat manusia dalam Islam tidak hanya terletak pada keberadaannya di dunia, tetapi juga persiapannya menuju kehidupan akhirat yang abadi