SANTRIDIGITAL.ID, Mandi Safar Menurut Islam – Mandi Safar adalah salah satu amalan yang kerap kali dilakukan oleh sebagian umat Islam, terutama di beberapa daerah di Indonesia.

Amalan ini biasanya dilakukan pada hari Rabu terakhir bulan Safar dalam kalender Hijriyah. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan mandi Safar, dan bagaimana pandangan Islam mengenai amalan ini?

Makna Mandi Safar dalam Islam

Safar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriyah setelah Muharram. Dalam tradisi masyarakat tertentu, bulan Safar dianggap membawa kesialan atau bala.

Oleh karena itu, mandi Safar dilakukan sebagai upaya untuk membersihkan diri dari bala atau kesialan tersebut. Namun, penting untuk dicatat bahwa pandangan ini tidak memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam.

Menurut sebagian ulama, tidak ada nash yang jelas dalam Al-Qur’an maupun Hadis yang menunjukkan bahwa bulan Safar membawa kesialan atau bahwa mandi Safar adalah suatu sunnah.

Pandangan Ulama tentang Mandi Safar

Ulama sepakat bahwa tidak ada landasan dalam Al-Qur’an atau Hadis yang menyebutkan tentang mandi Safar sebagai suatu ibadah yang dianjurkan.

Beberapa ulama bahkan menegaskan bahwa keyakinan tentang bulan Safar yang membawa kesialan termasuk dalam bentuk takhayul (kepercayaan yang tidak berdasar). Dalam Islam, semua bulan adalah baik dan tidak ada bulan yang membawa nasib buruk.

Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada penularan penyakit, tiada kesialan (tathayyur), dan tidak ada bulan Safar.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa tidak ada kesialan yang secara khusus terkait dengan bulan Safar.

Cara Meluruskan Pemahaman tentang Mandi Safar

Cara Pelaksanaan Mandi Safar Menurut Islam

Bagi sebagian orang yang terbiasa dengan tradisi mandi Safar, penting untuk memahami bahwa Islam menganjurkan kita untuk berpegang teguh pada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah.

Jika ingin melakukan mandi untuk kebersihan fisik atau sebagai bentuk ibadah sunnah seperti mandi Jumat, maka itu adalah amalan yang dianjurkan.

Namun, mengaitkan mandi dengan pembersihan dari kesialan atau bala bulan Safar tanpa dasar yang kuat dapat dikategorikan sebagai perbuatan bid’ah.

Kesimpulan

Mandi Safar Menurut Islam adalah tradisi yang muncul di kalangan masyarakat tertentu dan tidak memiliki landasan dalam Al-Qur’an atau Hadis. Islam tidak mengajarkan adanya bulan yang membawa kesialan, termasuk bulan Safar.

Oleh karena itu, sebagai Muslim, penting untuk memastikan setiap amalan yang dilakukan didasari oleh dalil yang sahih dan menghindari kepercayaan yang tidak memiliki dasar dalam agama.

Dengan demikian, fokus kita seharusnya adalah memperbanyak amal shalih, berdoa, dan memperbaiki diri di setiap waktu, tanpa mengaitkan hal-hal tertentu dengan kesialan yang tidak terbukti dalam ajaran agama.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan