SANTRIDIGITAL.ID, Review Tulisan Sukidi Menelaah Hermeneutika Humanis 211; Sukidi Mulyadi, alumnus Harvard University, menjadi kontroversi karena belajar agama di Amerika. Namanya cukup populer dalam diskursus studi Qur’an. Namanya cukup populer dalam diskursus studi Qur’an.
Beberapa karyanya banyak memicu diskusi yang ekstensif dan dikritisi oleh para peminat kajian studi Qur’an. Artikel berjudul Nasr Hamid Abu Zayd and The Quest for Humanistic Hermeneutics of the Qur’an ini, secara umum membahas mengenai bagaimana tawaran Abu Zayd yang Sukidi sebut dengan hermeneutika Humanis.
Sukidi Menelaah Hermeneutika Humanis
25719" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true"> 814 size-full" src="https://santridigital.id/wp-content/uploads/2024/07/Review-Tulisan-Sukidi-Menelaah-Hermeneutika-Humanis.png" alt="Review Tulisan Sukidi Menelaah Hermeneutika Humanis" width="1280" height="720" />
Sukidi membahas detail mengenai konsep, cara, dan ide pendekatan terhadap al-Qur’an yang menjadi tawaran Abu Zayd. Titik tolak Sukidi ialah, menurutnya, Abu Zayd memahami al-Qur’an memuat dimensi humanistik dan menyediakan ruang untuk difahami secara humanistik.
Data utama dari tulisannya ini didapatkan melalui pembacaannya terhadap kitab Abu Zayd yakni, Mafhum al-Nas dan beberapa karya Abu Zayd lainnya.
Kontribusi utama Sukidi ialah, kemampuannya dalam mengkategorisasikan hermeneutika Abu Zaid, sebagai Hermeneutika yang bersifat humanistik. Menurut Sukidi, Abu Zayd melakukan pendekatan hermeneutika yang selalu berorioentasi pada sisi kemanusiaan.
Tepatnya al-Qur’an itu sendiri, difahami mengandung dimensi-dimensi kemanusiaan dan bertujuan untuk dapat dikembangkan lebih jauh oleh manusia itu sendiri. Abu Zayd memandang al-Qur’an yang awalnya bersifat metafisik menjadi humanistik.
Ia mengistilahkannya dengan “creates speech of god” (kalamullah makhluq) yang berarti al-Qur’an ialah, kalam yang ditransformasikan melalui makhluknya yakni malaikat Jibril, dan Nabi Muhammad. Di samping itu ia juga mendefinisikan al-Qur’an sebagai sebuah teks bahasa, sebuah produk budaya, dan sebuah teks sejarah.
Menurut Sukidi, pemikiran Abu Zayd terpengaruh dan mirip seperti pendahulunya yakni Amin al-Khulli. Yang memandang al-Qur’an sebagai nash adabi (teks sastra) sedangkan Abu Zayd memandang al-Qur’an sebagai nash lughawi atau teks kebahasaan.
Mereka cenderung sepakat untuk melakukan studi Qur’an tanpa jatuh kedalam nuansa ideologi dan kecenderungan tertentu. Perbedaaan selanjutnya ialah, al-Khulli menggunakan interpretasi manusia untuk memahami bahasa arab yang digunakan al Quran.
Abu zayd menawarkan hal yang mirip, karena al-Quran ialah bahasa Arab dan bahasa Arab ialah, produk manusia, maka penting sekali menggunakan penafsiran manusia untuk mempertimbangkan sisi-sisi kemanusiaan dalam menafsirkan al-Qur’an.
Pada tulisan serupa, beberapa kritikan pedas dilancarkan terhadap pemikiran Abu zayd, sebagaimana yang dilakukan oleh Oliver Leaman dalam artikelnya yang berjudul Critique of Religious Discourse: Naqd Khitab al-Dini. Menurutnya, Abu Zayd terlalu mendewakan konteks padahal sebagian ayat al-Qur’an tidak selalu memiliki asbabun nuzul, seperti ayat mengenai pentingnya do’a, menghindari perbuatan jahat dan menjadi baik dsb.
Ia setuju dengan Abu Zayd ketika mengatakan bahwa bahasa itu sendiri bersifat historis dan harus dipahami dalam konteks kemanusiaannya, tetapi bukan berarti bahasa itu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan dan nilai-nilai universal. Sukidi juga menambahkan sedikit kritik diakhir.
Seperti, menurut Sukidi, pemikiran Abu Zayd bukanlah hal baru. Praktik penafsiran dengan mempertimbangkan sisi historis dalam penafsiran baik konteks dahulu ke konteks sekarang mirip seperti tawaran yang dilakukan oleh Fazlur Rahman dengan double movement-nya. Akan tetapi, perbedaannya Abu Zayd menambahkan pentingnya melihat sisi-sisi kemanusiaan dalam penafsiran tersebut.
Akhir Kata
Tulisan Sukidi memperjelas tawaran Abu Zayd mengenai hermeneutika humanis. Namun, Sukidi juga tidak memperjelas bagaimana metodologi dan cara pandang yang tepat dalam melakukan hermeneutika Humanis Abu Zayd.
Problemnya, apakah semua ayat bisa didekati dengan tawaran Abu Zayd ataukah hanya ayat-ayat tertentu saja yang bisa.
Penulis: Ahmad Faaza Hudzaifah