SANTRIDIGITAL.ID  211; Ketika Allah Swt memerintahkan kaum mukminin untuk berpuasa, Allah menyebutkan tujuan dibaliknya yaitu untuk meraih ketakwaan. Seperti dalam firman-Nya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS.al-Baqarah:183 25719" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true"> )

Takwa adalah tingkatan tertinggi dalam ibadah kepada Allah Swt. Yaitu ketika seorang hamba memiliki perlindungan dari kemarahan, kemurkaan dan siksa Allah Swt.

Tentunya perlindungan itu di raih karena ketaatan kepada Allah, rasa takut kepada siksa-Nya dan meninggalkan segala perbuatan maksiat kepada-Nya.

Pondasi ketakwaan adalah rasa takut kepada Allah. Dan itu adalah urusan hati. Seperti dalam Firman-Nya :

ذَٰلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ

Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (QS.al-Haj:32)

Dan kita temukan dalam Al-Qur’an bahwa takwa adalah perintah pertama sebelum perintah lainnya. Karena ketakwaan adalah pendorong untuk melakukan semua kebaikan yang lain.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS.al-Ma’idah:35)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. (QS.al-Ahzab:70)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (QS.atTaubah:119)

فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman” (QS.al-Anfal:1)

Dan terkadang, takwa juga disebutkan sebelum Allah memberikan larangan. Karena selaian pendorong kepada kebaikan, takwa juga menjadi perisai yang melindungi kita dari keburukan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. (QS.al-Baqarah:278)

Lebih dari itu, semua Rasul yang di utus oleh Allah kepada umat manusia membawa satu seruan yang sama yaitu mengajak kepada takwa.

فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ

“maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.” (QS.asy-Syuara:150)

Karena itulah wasiat yang terpenting yang disampaikan oleh Allah kepada kaum terdahulu hingga akhir zaman menurut Al-Qur’an adalah wasiat tentang takwa.

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ

dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. (QS.an-Nisa’:131)

Namun Al-Qur’an mengingatkan bahwa sekedar takwa saja tidak cukup, namun harus meraih takwa yang sebenar-benarnya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS.Ali Imran:102)

Takwa bukan berarti kemaksuman dari dosa, namun ketakwaan adalah sebuah karakter yang dimiliki seorang mukmin sehingga hatinya selalu sadar dan hidup.

إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (QS.al-A’raf:201)

Ketika kakinya tergelincir kepada kesalahan, ia segera memohon ampun dan kembali kepada Tuhannya. Sebagaimana sifat yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang bertakwa :

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS.Ali Imran :135)

Semoga Allah menggabungkan kita bersama orang-orang yang bertakwa.

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan